Rabu, 02 Desember 2009

Kenta dari Pulut ( Ketan )

Seperti kita ketahui bahwa khususnya di Kalimantan Tengah banyak sekali terdapat berbagai jenis kuliner, dari yang sering kita temui sampai yang jarang kita temui pada kali ini saya akan berbagi sedikit informasi yang saya ketahui tentang kuliner khas di Kalimantan Tengah. Apakah itu mari kita bahas bersama-sama.

Kenta, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita atau ada yang masih belum tahu apa itu kenta?

Kenta merupakan salah satu makanan khas di Kalimantan Tengah, berbahan dasar dari ketan dan termasuk makanan khas Dayak yang sudah langka atau jarang dijumpai lagi. Mengapa dibilang langka? Mungkin karena proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan banyak tenaga kerja. Untuk pembuatan kenta biasanya memerlukan kurang-lebih 5 orang tenaga kerja dan memakan waktu sekitar 1 hari penuh.

kuliner kenta dayak Kenta Dari Pulut (Ketan)

Prosesnya pertama-tama gabah kering ketan direndam terlebih dahulu ke dalam air selama ± 7 - 8 jam dan kemudian ditiriskan. Selanjutnya setelah cukup kering gabah tadi langsung disangrai dalam bahasa Dayaknya manyanga. Pada proses manyanga ini dibutuhkan banyak tenaga, untuk satu kali manyanga dibutuhkan waktu kurang-lebih 10 - 15 menit. Yang tidak kalah pentingnya dalam proses manyanga ini adalah ketika kita mengaduk padi yang sedang disangrai (sanga), kita tidaklah boleh berhenti untuk mengaduk sampai padi yang di sangrai ini benar-benar kering. Karena kalau pengadukannya sempat berhenti akibatnya padi tadi akan gosong dan tidak dapat digunakan untuk dijadikan Kenta.

Setelah disangrai sampai kering gabah tadi langsung ditumbuk secara manual menggunakan lesung yang terbuat dari kayu yang bertujuan untuk memisahkan gabah dari kulitnya. Pada tahap inilah pembuatan kenta memerlukan banyak tenaga untuk menumbuk gabah. Biasanya untuk menumbuk gabah yang sudah disangrai memerlukan 3 orang pekerja. Dua orang pekerja bertugas untuk menumbuk ketan dan satu orangnya lagi bertugas untuk mengaduk ketan yang sedang ditumbuk (bahasa dayaknya tukang karuit). Alat untuk mengaduknya pun unik yaitu dari bilah bambu yang di ujungnya agak diruncingkan untuk mempermudah mengaduk ketan yang ditumbuk.

Proses penumbukan baru bisa dihentikan bila ketan tadi sudah terpisah dari kulitnya. Tahap selanjutnya, gabah yang sudah selesai ditumbuk tadi dibersihkan lagi menggunakan kiap atau nyiru untuk memisahkan kulit gabah dari beras. Dan hasil akhir yang didapatkan berupa beras yang berbentuk gepeng, mirip seperti sereal gandum quakeroatmeal.

Kenta bisa langsung dimakan setelah selesai proses pembuatannya, namun bisa juga diolah lagi menurut selera masing-masing. Misalnya kenta dicampur dengan parutan dan air kelapa lalu ditaburi sedikit gula pasir atau kenta diseduh dengan air panas dan dicampur dengan susu.

Untuk sekedar informasi, pembuatan kenta biasanya lebih sering dilakukan setelah orang selesai melakukan kegiatan memanen padi sebagai rasa syukur atas hasil panen yang didapatkan. Kegiatan ini dilakukan mirip seperti yang dilakukan saudara kita di Jawa Barat, upacara kepada Dewi Sri Pohaci dianggap sebagai dewi padi, dewi pemberi berkah.

Membuat kenta tidaklah mudah, butuh kesabaran dan ketekunan karena bila satu proses saja salah maka kita akan bisa lagi maju ke proses berikutnya untuk membuat kenta. Nah, sekarang Anda sudah tahu mengapa kenta sudah jarang kita temui lagi. Tapi bagi Anda yang penasaran dengan proses pembuatannya kalau ada waktu anda bisa mengunjungi Kuala Kurun pada saat penyelenggaraan Festival Mihing Manasa. Pada festival seni daerah ini ada diadakan juga lomba membuat kenta. Jadi anda bisa langsung melihat bagaimana proses pembuatan kenta itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar